Kerusakan lahan menjadi masalah yang krusial saat ini. Bagaimana lahan hijau kian lama kian berkurang tentu akan berdampak pada kondisi bumi secara global. Dampak jangka panjang yang akan dirasakan adalah global warming yang dikarenakan oleh tingginya tingkat kerusakan lahan hijau yang ada di bumi. Semakin sedikit keberadaan lahan hijau, semakin tinggi tingkat global warming yang akan dialami oleh bumi.
Ulah manusia menjadi faktor utama dalam kerusakan lahan yang banyak dijumpai di berbagai daerah. Berbagai kegiatan manusia seperti penambangan, pengalih fungsian lahan menjadi perkebunan, ataupun pembakaran hutan menjadi contoh perilaku manusia yang menyebabkan parahnya tingkat kerusakan lahan. Lahan yang ditinggalkan seperti bekas pertambangan yang terbengkalai akan menjadi lahan yang mati jika tidak segera dilakukan revegetasi ataupun perbaikan. Kurangnya tanggung jawab manusia menjadi poin penting dari peristiwa tersebut.
Revegetasi atau yang bisa disebut dengan upaya pengembalian fungsi lahan yang rusak dengan melakukan penanaman-penanaman tumbuhan perintis di lokasi tersebut merupakan sebuah solusi untuk mengupayakan pemulihan lahan dari kerusakan akibat ulah manusia. Revegetasi biasanya dilakukan setelah kondisi lahan benar-benar mengalami kerusakan.
Sebelum melakukan revegetasi, biasanya akan dilakukan penelitian terlebih dahulu pada lahan yang akan diperbaiki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi dan karakteristik lahan yang rusak. Setelah informasi terkait karakteristik lahan didapat, barulah disusun sebuah rencana pelaksanaan revegetasi. Adapun rencana ini meliputi teknik revegetasi yang akan dilakukan, jenis tanaman perintis yang akan ditumbuhkan, banyaknya tanaman dengan mempertimbangkan kemampuan hidup dan juga kerapatan tumbuh nantinya, serta anggaran yang perlu disiapkan untuk pelaksanaan revegetasi ini.
Berbicara soal teknik yang digunakan untuk revegetasi, salah satu teknik yang kini kian banyak digunakan adalah revegetasi hydroseeding. Revegetasi hydroseeding merupakan sebuah upaya perbaikan lahan atau revegetasi dengan mengaplikasikan teknik hydroseeding. Hydroseeding sendiri secara bahasa berasal dari dua kata yakni hydro dan seeding. Secara istilah dapat diartikan sebagai sebuah teknik pembibitan yang dilakukan dengan memanfaatkan air. Adapun mekanisme pelaksanaannya adalah dengan mencampurkan benih tanaman yang telah dipilih dengan air dan berbagai unsur pertumbuhan lain yang diperlukan, kemudian menyemprotkannya ke permukaan lahan yang akan direvegetasi.
Teknik hydroseeding ini dirasa sangat efektif sebagai solusi pemulihan lahan yang mengalami kerusakan parah. Selain menjangkau daerah yang lebih luas bahkan sampai daerah lereng yang sulit dijangkau oleh manusia secara manual, teknik hydroseeding ini juga efektif dari segi tenaga dan juga waktu pelaksanaan. Tingkat kehidupan dari benih yang disemaikan juga lebih tinggi karena terdapat pencampuran beberapa zat dengan air yang menjadi faktor penumbuh benih tersebut.
Revegetasi hydroseeding juga efektif diterapkan pada berbagai jenis lahan yang mengalami kerusakan. Lahan seperti bekas tambang yang dibiarkan terbengkalai dapat dipulihkan dengan teknik ini. Tingkat keberhasilan revegetasi hydroseeding juga bisa diperkirakan asalkan jenis bibit yang disemaikan telah sesuai dengan karakteristik tanah yang akan diperbaiki.
Pada dasarnya, teknik revegetasi apapun yang digunakan dalam upaya pengembalian fungsi lahan bebas dilakukan. Hal yang paling penting adalah membangun kesadaran diri, bahwa akan lebih baik jika menjaga kelangsungan lahan dari awal dari pada harus melakukan revegetasi dari awal. Oleh karena itu, menjadi manusia yang bijak kepada lingkungan perlu ditanamkan pada diri masing-masing individu agar tidak semakin banyak lagi lahan dan lingkungan yang mengalami kerusakan semakin parah.