Tidak dipungkiri bila pembangunan lahan, pertambangan, dan sejenisnya memberikan dampak serius pada lingkungan. Aktivitas tersebut tidak jarang menyebabkan kerusakan lahan parah yang bisa berdampak pada bencana alam. Untuk mencegah kerusakan lahan secara terus menerus, revegetasi lahan harus dilakukan. Ada banyak cara untuk melakukan revegetasi atau penghijauan kembali lahan yang rusak. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode hydroseeding.
Metode hydroseeding ini adalah salah satu cara penanaman kembali lahan yang rusak dengan memasang hydromulch dan menyemprotkan bening pada lahan tersebut. Cara ini dipercaya mempunyai tingkat keberhasilan lebih tinggi dibanding dengan metode penghijauan yang lain. Hal ini karena benih yang disemprotkan sudah dicampur dengan nutrien khusus. Selain itu, cara penghijauannya juga dengan disemprotkan sehingga bisa efektif menjangkau lebih banyak area lahan. Berikut ini adalah beberapa bahan yang dibutuhkan untuk melakukan revegetasi dengan metode hydroseeding.
Benih
Bening tanaman adalah bahan utama dalam proses revegetasi dengan metode hydroseeding. Jenis benih yang digunakan biasanya adalah jenis legume cover crop atau LCC atau kacang-kacangan. Selain kacang-kacangan, hydroseeding juga bisa menggunakan bibit rumput dan buah-buahan perdu. Jenis tanaman ini berfungsi sebagai penahan air, mencegah erosi, dan juga membantu mengikat pasir dan tanah. Benih yang digunakan sebaiknya jenis benih yang baik agar nantinya mudah tumbuh pada lahan yang ingin direvegetasi.
Hydromulch
Hydromulch atau mulsa adalah media yang digunakan untuk menutup permukaan tanah, utamanya lahan yang miring. Mulsa ini digunakan untuk membantu mencegah erosi, menghemat air, dan juga menjaga kondisi tanah serta menjadi sumber nutrisi bagi tumbuhan. Pada proses revegetasi, mulsa ini juga digunakan sebagai media tanam dan membantu mencegah bibit hilang terbawa air. Hydromulch yang biasa digunakan untuk hydroseeding biasanya berbentuk jaring atau net yang terbuat dari sabut kelapa, jerami, atau kayu. Ada juga mulsa yang terbuat dari polimer dan serat selulosa yang mempunyai fungsi sama dengan mulsa organik. Bahan-bahan mulsa ini juga membantu menyediakan nutrisi untuk benih sehingga bisa tumbuh dengan lebih cepat.
Pupuk atau nutrisi
Metode hydroseeding menggunakan campuran benih dan nutrisi sebagai bahan utamanya. Nutrisi atau pupuk digunakan untuk membantu tanah menjadi lebih subur dan benih bisa tumbuh dengan lebih cepat. Pupuk yang digunakan bisa jenis apa saja tergantung dengan benih yang digunakan.
Top soil
Pada lahan yang tandus seperti pada lahan bekas pertambangan, biasanya lapisan top soil sudah tidak ada atau dalam kondisi buruk. Kondisi ini menyebabkan benih susah tumbuh karena kekurangan unsur hara pada tanah tersebut. Agar benih bisa tumbuh dengan lebih baik, anda juga bisa menambahkan lapisan top soil. Penambahan top soil ini memberikan nutrisi dan unsur hara tambahan pada benih sehingga benih bisa tumbuh dengan lebih cepat dibanding dengan benih yang ditabur tanpa metode hydroseeding.
Penyemprot benih
Selain bahan hydroseeding, alat penyemprot benih juga diperlukan. Dengan alat penyemprot, bening bisa disebar dengan lebih merata hingga ke area yang paling sulit. Ada dua jenis alat penyemprot bening, yaitu manual dan tank. Alat penyemprot bening manual bisa digunakan untuk hydroseeding pada lahan yang susah dijangkau, terpencil, atau lahan miring. Sedangkan alat penyemprot tank bisa digunakan untuk lahan yang lapang dengan akses kendaraan yang mudah. Anda bisa memilih alat penyemprot benih sesuai dengan kondisi lahan yang akan direvegetasi.